Senin, 24 Agustus 2009

FOR YOU


SELAMAT BERBUKA PUASA.....
SEMOGA AMAL KITA HARI INI DI TERIMA OLEH-NYA
DAN SEMOGA KITA TERUS MAMPU MENJALANKAN IBADAH PUASA
DI BULAN RAMADHAN INI
AMIN...AMIN...YAA RABBAL 'ALAMIN

KEIKHLASAN

TENANGLAH HATI YANG SELALU MENDAMBA
TENANGLAH HATI YANG TERUS MEMBARA
BIARKAN SEMUA BERJALAN DENGAN BEGITU INDAH
HATIKU TETAPLAH HATIKU............

TONGAK ITU MASIH TERTANCAP KUAT
SEOLAH TIADA SEORANGPUN YANG MAMPU TUK MERUBAH
TANAH YANG TANDUS...
AIR YANG TERUS MENGALIR....
HEMBUSAN ANGIN YANG TERUS BERSENANDUNG.....
YA ALLAH.... ADAKAH ENGKAU TAHU
HATIKU MERONTA....

BINGKISAN INDAH ITU TIADA ARTI
JARI JEMARI INI SEAKAN MENGEPAL...
KAKI YANG TERPANCANG INI TERUS MENUJU JALAN YANG LUAS DAN BERSEOK
KIRANYA ENGKAU TAHU.... AKU INGIN KEMBALI...

TANGISAN INI TIADA ADA HENTINYA
RATAPAN INI MUNGKIN TELAH MENGIKUTI WAKTU...
RATUSAN KATA DALAM DO'A PUN TERUNGKAP
HANYA KEIKHLASAN YANG HANYA KUPERSEMBAHKAN
KARENA...................
ENGKAULAH SEGALA YANG TERINDAH

Rabu, 19 Agustus 2009

FOR MY STUDENTS


KIDUNG KENANGAN SERING MENABUH KESENDIRIANKU
AKU PUN TERSENYUM... SEKIRANYA ADA BIDADARI YANG MENYAMPAIKAN RINDU DALAM HATI
LEMBARAN CINTA DAN SAYATAN KEINDAHAN TRUS BERDEGUP KERAS DI DADA
MENGAPA DAN MENGAPA AKU PUN TAK BISA BERPALING
SUNGGUH SEBUAH KESYUKURAN DAN HARAPAN
SEBUAH UNGKAPAN CINTA YANG PENUH RASA
TAK CUKUP SEGORES TAPI MEMBERI MAKNA

"I LOVE YOU FOREVER"


YOUR LOVELY


Miss. N2

Selasa, 18 Agustus 2009

MARHABAN YAA RAMADHAN


SAUDARAKU SEIMAN DAN SEAQIDAH...
MARHABAN YAA RAMADHAN, JADIKAN BULAN RAMADHAN INI SEBAGAI RUMAH AMAL KITA
TETAP SEMANGAT DAN JADIKAN DIRI KITA HAMBA YANG DICINTAINYA.....
SEMOGA BERKAH, MAGHFIRAH, DAN RIDHONYA TETAP MELIPUTI DALAM HARI-HARI KITA

AMIN...AMIN...YAA RABBAL 'ALAMIN

MA'AF ATAS SEGALA KHILAF DAN DOSA

KEEP SPIRIT AND BE THE BEST

Jumat, 14 Agustus 2009

SIAPAKAH MANUSIA BERKUALITAS ???


Hal - hal yang jauh lebih utam,hakiki, dan mulia dari sekedar materi yang mampu membedakan mana manusia yang berkualitas mana yang tidak adalah nilai-nilai spiritual dan prinsip hidup yang akan membentuk pola berfikir, merasa dan berprilaku. Nilai-nilai spiritual menyiratkan pesan Allah, bahwa satu-satunya standart yang membedakan kualitas manusia adalah keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Hal ini tercermin lewat kebersihan akal, hati, dan kemuliaan perilaku. Bila keimanan dan ketakwaan dibarengi dengan ilmu agama(Ilmu Kauliyah) dan ilmu Kauniah (ilmu pengetahuan) maka keimanan dan ketakwaan ini semakin tinggi dan memiliki kekuatan membangun.Orang-orang yang kaya jiwa seperti ini akan selalu bersyukur dan tidak pernah mengingkari atau menyesali rizqy yang diberikan kepadanya.Mereka tidak akan merasa minder karena dirinya miskin tidak pula memuliakan seseorang karena kekayaan materinya.

Menurut ayat 24-28 surat al-Anfal, indikasi manusia yang berkualitas minimal harus memenuhi beberapa kriteria berikut:

1. Memenuhi Seruan Allah dan Rasul-Nya;

Poin ini berhubungan dengan identitas manusia sebagai ciptaan yang memiliki konsekuensi untuk selalu menaati, dan melaksanakan apa yang menjadi keinginan, tuntutan, dan kehendak Sang Penciptanya. Dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya maka derajat manusia di sisi-Nya akan semakin meningkat. Hal ini tidak lain karena yang paling mulia di mata Allah al-Khaliq al-Qahhar adalah manusia yang bertaqwa. Seorang manusia yang dengan kesungguhan hati dan penuh keridlaan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Dialah manusia yang berkualitas. Firman Allah Swt.

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami(Allah) menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah mereka yang bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Waspada. (al-Hujurat: 13)

Termasuk dalam kategori ini adalah manusia yang memahami tugasnya di dunia ini. Tugas-tugas manusia itu antara lain:

· Memakmurkan Bumi (Q.S. Hud: 61);

· Menjadi Rahmatan Lil-Alamin (Q.S. Al-Anbiya: 107);

· Menjadi Pembangun Budaya yang Baik (Q.S. Al- Baqarah: 195);

· Menegakkan al-Dien al-Islam;

· Mengadakan al-Tarbiyah al-Islamiyah;

· Menyuruh kepada yang Ma`ruf dan Mencegah dari yang Mungkar.

2. Memiliki Kesalehan Sosial;

Pribadi yang memiliki kesalehan sosial menunjukan derajat kualitas seorang manusia berkaitan dengan peranannya sebagai homo socious. Manusia dituntut untuk tidak melulu mensalehkan dirinya sendiri, tetapi juga harus bisa mensalehkan lingkungannya, masyarakat/komunitasnya. Hal ini nantinya berhubungan pula dengan tugasnya sebagai makhluq ciptaan yang memiliki kewajiban untuk al-Amru bi al-Ma`ruf wa al-Nahyu `an al-Munkar. Selain sesuai dengan tugasnya, poin ini akan meningkatkan kualitasnya di mata masyarakat.

3. Memiliki Kepribadian yang Pandai Bersyukur;

Pribadi yang pandai bersyukur cerminan pribadi yang berkualitas. Demikian, karena hanya pribadi yang sadar akan ketergantungannya kepada yang lainnyalah yang akan lebih menghargai segala hal, termasuk menghargai dirinya sendiri. Dengan segala penghargaan dan syukurnya kepada Yang Maha Pemberi dan penghargaannya atas segala sesuatu, berarti menjadikan dirinya berharga dimata Tuhannya, berharga di mata masyarakatnya. Berharga berarti bermartabat dan memiliki kualitas.

4. Memiliki Jiwa yang Amanah;

Memiliki kepribadian yang amanah jelas merupakan indikator kualitas kepribadian. Pribadi yang amanah adalah pribadi yang berkualitas baik di mata Allah maupun di mata manusia. Pribadi yang amanah menunjukan kulitas seorang hamba yang baik. Sedangkan di masyarakat sendiri, seseorang yang amanah akan mendapat tempat khusus di mata masyarakat, disenangi, di hargai dan disegani. Itulah manusia yang berkualitas.

5. Memiliki Orientasi Hidup yang Futuristic (Visioner).

Manusia yang berkulitas pasti memiliki orientasi hidup yang visioner. Kehidupannya tidak akan terjebak pada hal-hal yang temporary, fana. Ia akan mengorientasikan segala hidup dan kehidupannya pada sesuatu yang pasti, yang kekal, yang lebih menguntungkan dan lebih membahagiakan. Segalanya ia lakukan untuk menggapai keridlaan-Nya di akhirat kelak. Pahala di sisi-Nya adalah tujuan akhir. Karenanya ia akan lebih bijak dalam segala hal, dan berpandangan jauh ke depan. Namun, hal ini tidak berarti ia meninggalakn realitas. Tidak berarti dia zuhud secara ekstrem terhadap dunia. Firman-Nya: “Dan, carilah pada apa yang telah Allah berkikan kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan jangan lupakan bahgian rizqimu di dunia” (al-Qashash: 77). Dengan demikian segala kebahagiaan, dunia dan akhirat akan dicapainya. Demikianlah manusia berkualitas. “Dan kehidupan dunia itu hanyalah gurauan dan permainan belaka, dan sungguh akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertaqwa, apakah kalian tidak berfikir”(al-An`am: 32).


Mari kita menjadi manuasia berkualitas dari segi Fikriyah, Jasadiyah, dan Ruhiyah

Kamis, 13 Agustus 2009

KEUTAMAAN DO'A


Bismillahirrohmanirrohiim…

Doa adalah senjata umat Islam. Doa yang bisa membuka kesulitan menjadi kemudahan, doa juga melapangkan hati dari kesulitan dan beban hidup yang sangat berat.

Berikut adalah beberapa keistimewaan do’a:

1. doa adalah senjatanya kaum muslim

“Do’a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya’la)”

2. Yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa kita,

”Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah ‘Azza wajalla maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa do’amu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan do’a orang yang hatinya lalai dan lengah. (HR. Ahmad)”

3. Doa kita untuk orang lain dan sebaliknya, doa orang lain untuk kita dikabulkan Allah ta’ala..

”Do’a seorang muslim untuk kawannya yang tidak hadir dikabulkan Allah. (HR. Ahmad)”

4. Permohonan untuk sesuatu yang berlebihan dan melampaui batas dilarang dan berdoa dengan perkataan seenaknya.

”Akan muncul dalam umat ini suatu kaum yang melampaui batas kewajaran dalam berthaharah dan berdoa. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)”

Dan

”Apabila kamu berdo’a janganlah berkata, “Ya Allah, ampunilah aku kalau Engkau menghendaki, rahmatilah aku kalau Engkau menghendaki dan berilah aku rezeki kalau Engkau menghendaki.” Hendaklah kamu bermohon dengan kesungguhan hati sebab Allah berbuat segala apa yang dikehendakiNya dan tidak ada paksaan terhadap-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)”

5. Jangan mendoakan untuk sesuatu keburukan.

”Jangan mendo’akan keburukan (mengutuk) dirimu atau anak-anakmu atau pelayan-pelayanmu (karyawan-karyawanmu) atau harta-bendamu, (karena khawatir) saat itu cocok dikabulkan segala permohonan dan terkabul pula do’amu. (Ibnu Khuzaimah)”

6. Bedoalah pada saat yang istimewa, misalnya pada sepertiga malam terakhir dan setelah shalat fardhu, juga antara adhan dan iqamah.

”Rasulullah Saw ditanya, “Pada waktu apa do’a (manusia) lebih didengar (oleh Allah)?” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Pada tengah malam dan pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum salam).” (Mashabih Assunnah)”

Dan

”Do’a yang diucapkan antara azan dan iqomat tidak ditolak (oleh Allah). (HR. Ahmad)”

7. Doanya orang berpuasa, penguasa yang adil dan orang yang dizhalimi dikabulkan Allah.

”Ada tiga orang yang tidak ditolak do’a mereka: (1) Orang yang berpuasa sampai dia berbuka; (2) Seorang penguasa yang adil; (3) Dan do’a orang yang dizalimi (teraniaya). Do’a mereka diangkat oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, “Demi keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR. Tirmidzi)”

8. Menolong saudara muslim lain pada saat menghadapi kesulitan memudahkan terkabulnya doa.

“Barangsiapa ingin agar do’anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad)”

Semoga dengan Do'a, kita semua menjadi manusia pilihan dan surga adalah singgahan terakhir.

Rabu, 12 Agustus 2009

MY PIONER "MY PARENT"

WAJAH ITU SELALU MEMBAYANGI SETIAP SA’AT


SENYUMAN ITU TERUS MENGHIASI SETIAP HARI-HARIKU


TIADA HENTI AKU BERHARAP


SEMOGA WAKTU DIMANA ENGKAU BAHAGIA DENGAN HATI YANG TENANG


BERKUMPUL DAN BERSAHAJA


SA’AT AKU BUKA MATA INI TAK LUPUT TUK BERDO’A


SEMOGA ALLAH SELALU DALAM NAFASMU


KUDENGAR SUARA MERDU KELUAR DARI BIBIRMU YANG INDAH


KUTATAP WAJAHMU YANG TENANG


AKU INGGIN MENDEKAP ERAT


SA’AT ITU JUGA KUINGGIN KEMBALI KE PELUKANMU


WAKTU YANG TAK LAMA TUK MEMBUAT DIRIMU LELAH


KERINGAT YANG SERING MENGUCUR DEMI PUTRA-PUTRIMU


TANPA DESAHAN PAYAH DAN DERITA


ENGKAU TETAP TERSENYUM


MULIANYA DIRIMU.............


ENGKAULAH PENGERAK RODA HARI-HARIKU


ENGKAULAH SUMBER CAHAYA TATKALA REDUP


ENGKAULAH PELITA TATKALA PADAM


I LOVE YOU FOREVER


SEPERTI APA BELAJAR EFEKTIF


Bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Tanggung jawab merupakan tolok ukur sederhana di mana kamu sudah mulai berusaha menentukan sendiri prioritas, waktu dan sumber-sumber terpercaya dalam mencapai kesuksesan belajar.

  • Pusatkan dirimu terhadap nilai dan prinsip yang kamu percaya. Tentukan sendiri mana yang penting bagi dirimu. Jangan biarkan teman atau orang lain mendikte kamu apa yang penting.
  • Kerjakan dahulu mana yang penting. Kerjakanlah dulu prioritas-prioritas yang telah kamu tentukan sendiri. Jangan biarkan orang lain atau hal lain memecahkan perhatianmu dari tujuanmu.
  • Anggap dirimu berada dalam situasi "co-opetition" (Bukan situasi "win-win" lagi). "Co-opetition" merupakan gabungan dari kata "cooperation" (kerja sama) dan "competition" (persaingan). Jadi, selain sebagai teman yang membantu dalam belajar bersama dan banyak memberikan masukkan/ide baru dalam mengerjakan tugas, anggaplah dia sebagai sainganmu juga dalam kelas. Dengan begini, kamu akan selalu terpacu untuk melakukan yang terbaik (do your best) di dalam kelas.
  • Pahami orang lain, maka mereka akan memahamimu. Ketika kamu ingin membicarakan suatu masalah akademis dengan gurumu, misalnya mempertanyakan nilai matematika atau meminta dispensasi tambahan waktu untuk mengumpulkan tugas, tempatkan dirimu sebagai guru tersebut. Nah, sekarang coba tanyakan pada dirimu, kira-kira argumen apa yang paling pas untuk diberikan ketika berada dalam posisi guru/dosen tersebut.
  • Cari solusi yang lebih baik. Bila kamu tidak mengerti bahan yang diajarkan pada hari ini, jangan hanya membaca ulang bahan tersebut. Coba cara lainnya. Misalnya, diskusikan bahan tersebut dengan guru/dosen pengajar, teman, kelompok belajar atau dengan pembimbing akademismu. Mereka akan membantumu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
  • Tantang dirimu sendiri secara berkesinambungan. Dengan cara ini, belajar akan terasa mengasyikkan, dan mungkin kamu mendapatkan ide-ide yang cemerlang.

MANAGEMEN WAKTU DAN KUALITAS DIRI

Dalam Al-Qur’anul Karim Surat Al-Ashr (103): 1-3, Allah berfirman yang artinya sebagai berikut.

1. Demi masa.

2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memang benar-benar berada dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah secara optimal untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik. Hanya individu-individu yang beriman dan kemudian mengamalkannyalah yang tidak termasuk orang yang merugi, serta mereka bermanfaat bagi orang banyak dengan melakukan aktivitas dakwah dalam banyak tingkatan.

Lebih lanjut, dalam Al-Qur’an surat Al-Imran (3) ayat 104, Allah berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”

Dengan demikian, hanya orang-orang yang mengerjakan yang ma’ruf dan meninggalkan yang munkarlah orang-orang yang memperoleh keuntungan.

Setiap muslim yang memahami ayat di atas, tentu saja berupaya secara optimal mengamalkannya. Dalam kondisi kekinian dimana banyak sekali ragam aktivitas yang harus ditunaikan, ditambah pula berbagai kendala dan tantangan yang harus dihadapi.

Seorang muslim haruslah pandai untuk mengatur segala aktivitasnya agar dapat mengerjakan amal shalih setiap saat, baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal, dirinya menginginkan sebagai ahli ibadah, dengan aktivitas qiyamullail, shaum sunnah, bertaqarrub illallah, dan menuntut ilmu-ilmu syar’i. Dalam hubungannya secara horizontal, ia menginginkan bermuamalah dengan masyarakat, mencari maisyah bagi keluarganya, menunaikan tugas dakwah di lingkungan masyarakat, maupun di tempat-tempat lainnya.

Semua itu tentu saja harus diatur secara baik, agar apa yang kita inginkan dapat terlaksana secara optimal, tanpa harus meninggalkan yang lain. Misalnya, ada orang yang lebih memfokuskan amalan-amalan untuk bertaqarrub ilallah, tanpa bermu’amalah dengan masyarakat. Ada juga yang lebih mementingkan kegiatan muamalah dengan masyarakat, tetapi mengesampingkan kegiatan amalan ruhiyahnya.

Dalam hal ini, manajemen waktu untuk merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada haruslah memiliki landasan-landasan berikut.

1. Pengetahuan kaidah yang rinci tentang optimalisasi waktu

Setiap muslim, hendaknya memahami dan mengetahui kaidah-kaidah yang rinci tentang cara mengoptimalkan waktunya. Hal ini bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan dirinya dan orang lain. Tokoh-tokoh seperti Imam Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, dan Imam Suyuthi adalah orang-orang yang menjadi teladan bagi orang-orang yang bisa mengoptimalkan waktu semasa hidupnya.

2. Memiliki manajemen hidup yang baik

Setiap muslim haruslah pandai mengatur segala urusan hidupnya dengan baik, menghindari kebiasaan yang tak jelas, matang dalam pertimbangan dan mempunyai perencanaan sebelum melakukan pekerjaan. Ia harus berpikir, membuat program, mempersiapkan, mengatur dan melaksanakannya.

3. Memiliki Wudhuhul Fikrah

Seorang muslim haruslah memiliki keluasan atau fleksibilitas dalam berpikir, seperti mampu berpikir benar sebelum bertindak, berpengetahuan luas, mampu memahami substansi pemikiran dan paham. Hal itu penting sebagai dasar pengembangan berpikir ilmiah.

4. Visioner

Seorang muslim juga harus memiliki pandangan jauh ke depan, bisa mengantisipasi berbagai persoalan yag akan terjadi di tahun-tahun mendatang.

5. Melihat secara utuh setiap persoalan

Setiap orang yang dapat mengatur waktunya secara optimal, tidak melihat masalah secara parsial. Karena bisa jadi, persoalan itu memiliki kaitan dengan yang lainnya.

6. Mengetahui Perencanaan dan skala prioritas

Mengetahui urutan ibadah dan prioritas, serta mengklasifikasi berbagai masalah adalah faktor penting dalam mengatur waktu agar menghasilkan kerja yang optimal. Dengan membuat skala prioritas, akan menghindarkan dari ketidakteraturan kegiatan.

7. Tidak Isti’jal dalam mengerjakan sesuatu

Mengerjakan sesuatu dengan tidak tergesa-gesa dan berdasar pada ketenangan jiwa yang stabil merupakan landasan yang penting dalam mewujudkan hidup yang lebih baik.

Sementara, orang yang musta’jil menginginkan agar dalam waktu singkat ia mampu melakukan hal-hal yang terpuji, sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak terpuji. Hal ini jelas tidak sesuai dengan sunah kauniyah, yaitu hukum alam dan kebiasaan.

8. Berupaya seoptimal mungkin

Jika kita menginginkan terwujudnya aktivitas amal shalih, maka secara optimal kita harus mengarahkan diri pada persoalan itu sesuai kemampuan yang ada pada diri kita.

9. Spesialisasi dan pembagian pekerjaan

Setiap muslim haruslah memiliki keahlian tertentu. Ia boleh memiliki pengetahuan luas, tetapi ia juga perlu memfokuskan pada keahlian tertentu.

Landasan-landasan di atas hanya dapat dipenuhi, jika telah memenuhi syarat sebagai berikut.

1. Disiplin dan Pembiasaan sejak dini

Penanaman disiplin akan waktu, mengahargai waktu sejak kecil merupakan hal penting. Dengan demikian, ia akan terbiasa untuk mengatur hidupnya secara mandiri dan optimal untuk merencanakan berbagai macam aktivitas. Disiplin terkait dengan ibadah, tidur, makan, termasuk senda gurau. Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Berilah istirahat hati karena kalau dipaksakan akan membabi buta.”

2. Memiliki kecerdasan dan kejeniusan

Munculnya indikasi kecerdasan pada seseorang merupakan faktor penting untuk bisa mewujudkan hal di atas.

3. Memiliki kondisi fisik dan mental yang positif

Untuk melaksanakan manajemen waktu yang optimal, memang perlu ditunjang dengan adanya keinginan yang kuat, tindakan yang terus menerus, aktif, lapang dada, penuh optimisme, berpengetahuan luas, mampu memadukan berbagai pemikiran dan mampu mengendalikan emosi, seperti sedih, berduka dan susah, di samping memiliki budi pekerti dan akhhlak yang tinggi.

4. Memiliki ketrampilan

Pengetahuan yang luas, tanpa diiringi dengan ketrampilan hanya akan menjadi aksi yang tidak kongkret. Banyak orang yang pandai berbicara, tetapi hanya sedikit orang yang bisa bekerja dan menekuni bidang pekerjaannya.

Psted:By Dakwatuna Team