SEMOGA AMAL KITA HARI INI DI TERIMA OLEH-NYA
DAN SEMOGA KITA TERUS MAMPU MENJALANKAN IBADAH PUASA
DI BULAN RAMADHAN INI
AMIN...AMIN...YAA RABBAL 'ALAMIN
SEINDAH-INDAH RENCANA KITA... LEBIH INDAH RENCANA ALLAH
Menurut ayat 24-28 surat al-Anfal, indikasi manusia yang berkualitas minimal harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
1. Memenuhi Seruan Allah dan Rasul-Nya;
Poin ini berhubungan dengan identitas manusia sebagai ciptaan yang memiliki konsekuensi untuk selalu menaati, dan melaksanakan apa yang menjadi keinginan, tuntutan, dan kehendak Sang Penciptanya. Dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya maka derajat manusia di sisi-Nya akan semakin meningkat. Hal ini tidak lain karena yang paling mulia di mata Allah al-Khaliq al-Qahhar adalah manusia yang bertaqwa. Seorang manusia yang dengan kesungguhan hati dan penuh keridlaan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Dialah manusia yang berkualitas. Firman Allah Swt.
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami(Allah) menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah mereka yang bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Waspada. (al-Hujurat: 13)
Termasuk dalam kategori ini adalah manusia yang memahami tugasnya di dunia ini. Tugas-tugas manusia itu antara lain:
· Memakmurkan Bumi (Q.S. Hud: 61);
· Menjadi Rahmatan Lil-Alamin (Q.S. Al-Anbiya: 107);
· Menjadi Pembangun Budaya yang Baik (Q.S. Al- Baqarah: 195);
· Menegakkan al-Dien al-Islam;
· Mengadakan al-Tarbiyah al-Islamiyah;
· Menyuruh kepada yang Ma`ruf dan Mencegah dari yang Mungkar.
2. Memiliki Kesalehan Sosial;
Pribadi yang memiliki kesalehan sosial menunjukan derajat kualitas seorang manusia berkaitan dengan peranannya sebagai homo socious. Manusia dituntut untuk tidak melulu mensalehkan dirinya sendiri, tetapi juga harus bisa mensalehkan lingkungannya, masyarakat/komunitasnya. Hal ini nantinya berhubungan pula dengan tugasnya sebagai makhluq ciptaan yang memiliki kewajiban untuk al-Amru bi al-Ma`ruf wa al-Nahyu `an al-Munkar. Selain sesuai dengan tugasnya, poin ini akan meningkatkan kualitasnya di mata masyarakat.
3. Memiliki Kepribadian yang Pandai Bersyukur;
Pribadi yang pandai bersyukur cerminan pribadi yang berkualitas. Demikian, karena hanya pribadi yang sadar akan ketergantungannya kepada yang lainnyalah yang akan lebih menghargai segala hal, termasuk menghargai dirinya sendiri. Dengan segala penghargaan dan syukurnya kepada Yang Maha Pemberi dan penghargaannya atas segala sesuatu, berarti menjadikan dirinya berharga dimata Tuhannya, berharga di mata masyarakatnya. Berharga berarti bermartabat dan memiliki kualitas.
4. Memiliki Jiwa yang Amanah;
Memiliki kepribadian yang amanah jelas merupakan indikator kualitas kepribadian. Pribadi yang amanah adalah pribadi yang berkualitas baik di mata Allah maupun di mata manusia. Pribadi yang amanah menunjukan kulitas seorang hamba yang baik. Sedangkan di masyarakat sendiri, seseorang yang amanah akan mendapat tempat khusus di mata masyarakat, disenangi, di hargai dan disegani. Itulah manusia yang berkualitas.
5. Memiliki Orientasi Hidup yang Futuristic (Visioner).
Berikut adalah beberapa keistimewaan do’a:
1. doa adalah senjatanya kaum muslim
“Do’a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya’la)”
2. Yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa kita,
”Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah ‘Azza wajalla maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa do’amu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan do’a orang yang hatinya lalai dan lengah. (HR. Ahmad)”
3. Doa kita untuk orang lain dan sebaliknya, doa orang lain untuk kita dikabulkan Allah ta’ala..
”Do’a seorang muslim untuk kawannya yang tidak hadir dikabulkan Allah. (HR. Ahmad)”
4. Permohonan untuk sesuatu yang berlebihan dan melampaui batas dilarang dan berdoa dengan perkataan seenaknya.
”Akan muncul dalam umat ini suatu kaum yang melampaui batas kewajaran dalam berthaharah dan berdoa. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)”
Dan
”Apabila kamu berdo’a janganlah berkata, “Ya Allah, ampunilah aku kalau Engkau menghendaki, rahmatilah aku kalau Engkau menghendaki dan berilah aku rezeki kalau Engkau menghendaki.” Hendaklah kamu bermohon dengan kesungguhan hati sebab Allah berbuat segala apa yang dikehendakiNya dan tidak ada paksaan terhadap-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)”
5. Jangan mendoakan untuk sesuatu keburukan.
”Jangan mendo’akan keburukan (mengutuk) dirimu atau anak-anakmu atau pelayan-pelayanmu (karyawan-karyawanmu) atau harta-bendamu, (karena khawatir) saat itu cocok dikabulkan segala permohonan dan terkabul pula do’amu. (Ibnu Khuzaimah)”
6. Bedoalah pada saat yang istimewa, misalnya pada sepertiga malam terakhir dan setelah shalat fardhu, juga antara adhan dan iqamah.
”Rasulullah Saw ditanya, “Pada waktu apa do’a (manusia) lebih didengar (oleh Allah)?” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Pada tengah malam dan pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum salam).” (Mashabih Assunnah)”
Dan
”Do’a yang diucapkan antara azan dan iqomat tidak ditolak (oleh Allah). (HR. Ahmad)”
7. Doanya orang berpuasa, penguasa yang adil dan orang yang dizhalimi dikabulkan Allah.
”Ada tiga orang yang tidak ditolak do’a mereka: (1) Orang yang berpuasa sampai dia berbuka; (2) Seorang penguasa yang adil; (3) Dan do’a orang yang dizalimi (teraniaya). Do’a mereka diangkat oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, “Demi keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR. Tirmidzi)”
8. Menolong saudara muslim lain pada saat menghadapi kesulitan memudahkan terkabulnya doa.
“Barangsiapa ingin agar do’anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad)”
Semoga dengan Do'a, kita semua menjadi manusia pilihan dan surga adalah singgahan terakhir.
WAJAH ITU SELALU MEMBAYANGI SETIAP SA’AT
SENYUMAN ITU TERUS MENGHIASI SETIAP HARI-HARIKU
TIADA HENTI AKU BERHARAP
SEMOGA WAKTU DIMANA ENGKAU BAHAGIA DENGAN HATI YANG TENANG
BERKUMPUL DAN BERSAHAJA
SA’AT AKU BUKA MATA INI TAK LUPUT TUK BERDO’A
SEMOGA ALLAH SELALU DALAM NAFASMU
KUDENGAR SUARA MERDU KELUAR DARI BIBIRMU YANG INDAH
KUTATAP WAJAHMU YANG TENANG
AKU INGGIN MENDEKAP ERAT
SA’AT ITU JUGA KUINGGIN KEMBALI KE PELUKANMU
WAKTU YANG TAK LAMA TUK MEMBUAT DIRIMU LELAH
KERINGAT YANG SERING MENGUCUR DEMI PUTRA-PUTRIMU
TANPA DESAHAN PAYAH DAN DERITA
ENGKAU TETAP TERSENYUM
MULIANYA DIRIMU.............
ENGKAULAH PENGERAK RODA HARI-HARIKU
ENGKAULAH SUMBER CAHAYA TATKALA REDUP
ENGKAULAH PELITA TATKALA PADAM
I LOVE YOU FOREVER
Bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Tanggung jawab merupakan tolok ukur sederhana di mana kamu sudah mulai berusaha menentukan sendiri prioritas, waktu dan sumber-sumber terpercaya dalam mencapai kesuksesan belajar.
Dalam Al-Qur’anul Karim Surat Al-Ashr (103): 1-3, Allah berfirman yang artinya sebagai berikut.
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memang benar-benar berada dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah secara optimal untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik. Hanya individu-individu yang beriman dan kemudian mengamalkannyalah yang tidak termasuk orang yang merugi, serta mereka bermanfaat bagi orang banyak dengan melakukan aktivitas dakwah dalam banyak tingkatan.
Lebih lanjut, dalam Al-Qur’an surat Al-Imran (3) ayat 104, Allah berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dengan demikian, hanya orang-orang yang mengerjakan yang ma’ruf dan meninggalkan yang munkarlah orang-orang yang memperoleh keuntungan.
Setiap muslim yang memahami ayat di atas, tentu saja berupaya secara optimal mengamalkannya. Dalam kondisi kekinian dimana banyak sekali ragam aktivitas yang harus ditunaikan, ditambah pula berbagai kendala dan tantangan yang harus dihadapi.
Seorang muslim haruslah pandai untuk mengatur segala aktivitasnya agar dapat mengerjakan amal shalih setiap saat, baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal, dirinya menginginkan sebagai ahli ibadah, dengan aktivitas qiyamullail, shaum sunnah, bertaqarrub illallah, dan menuntut ilmu-ilmu syar’i. Dalam hubungannya secara horizontal, ia menginginkan bermuamalah dengan masyarakat, mencari maisyah bagi keluarganya, menunaikan tugas dakwah di lingkungan masyarakat, maupun di tempat-tempat lainnya.
Semua itu tentu saja harus diatur secara baik, agar apa yang kita inginkan dapat terlaksana secara optimal, tanpa harus meninggalkan yang lain. Misalnya, ada orang yang lebih memfokuskan amalan-amalan untuk bertaqarrub ilallah, tanpa bermu’amalah dengan masyarakat. Ada juga yang lebih mementingkan kegiatan muamalah dengan masyarakat, tetapi mengesampingkan kegiatan amalan ruhiyahnya.
Dalam hal ini, manajemen waktu untuk merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada haruslah memiliki landasan-landasan berikut.
1. Pengetahuan kaidah yang rinci tentang optimalisasi waktu
Setiap muslim, hendaknya memahami dan mengetahui kaidah-kaidah yang rinci tentang cara mengoptimalkan waktunya. Hal ini bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan dirinya dan orang lain. Tokoh-tokoh seperti Imam Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, dan Imam Suyuthi adalah orang-orang yang menjadi teladan bagi orang-orang yang bisa mengoptimalkan waktu semasa hidupnya.
2. Memiliki manajemen hidup yang baik
Setiap muslim haruslah pandai mengatur segala urusan hidupnya dengan baik, menghindari kebiasaan yang tak jelas, matang dalam pertimbangan dan mempunyai perencanaan sebelum melakukan pekerjaan. Ia harus berpikir, membuat program, mempersiapkan, mengatur dan melaksanakannya.
3. Memiliki Wudhuhul Fikrah
Seorang muslim haruslah memiliki keluasan atau fleksibilitas dalam berpikir, seperti mampu berpikir benar sebelum bertindak, berpengetahuan luas, mampu memahami substansi pemikiran dan paham. Hal itu penting sebagai dasar pengembangan berpikir ilmiah.
4. Visioner
Seorang muslim juga harus memiliki pandangan jauh ke depan, bisa mengantisipasi berbagai persoalan yag akan terjadi di tahun-tahun mendatang.
5. Melihat secara utuh setiap persoalan
Setiap orang yang dapat mengatur waktunya secara optimal, tidak melihat masalah secara parsial. Karena bisa jadi, persoalan itu memiliki kaitan dengan yang lainnya.
6. Mengetahui Perencanaan dan skala prioritas
Mengetahui urutan ibadah dan prioritas, serta mengklasifikasi berbagai masalah adalah faktor penting dalam mengatur waktu agar menghasilkan kerja yang optimal. Dengan membuat skala prioritas, akan menghindarkan dari ketidakteraturan kegiatan.
7. Tidak Isti’jal dalam mengerjakan sesuatu
Mengerjakan sesuatu dengan tidak tergesa-gesa dan berdasar pada ketenangan jiwa yang stabil merupakan landasan yang penting dalam mewujudkan hidup yang lebih baik.
Sementara, orang yang musta’jil menginginkan agar dalam waktu singkat ia mampu melakukan hal-hal yang terpuji, sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak terpuji. Hal ini jelas tidak sesuai dengan sunah kauniyah, yaitu hukum alam dan kebiasaan.
8. Berupaya seoptimal mungkin
Jika kita menginginkan terwujudnya aktivitas amal shalih, maka secara optimal kita harus mengarahkan diri pada persoalan itu sesuai kemampuan yang ada pada diri kita.
9. Spesialisasi dan pembagian pekerjaan
Setiap muslim haruslah memiliki keahlian tertentu. Ia boleh memiliki pengetahuan luas, tetapi ia juga perlu memfokuskan pada keahlian tertentu.
Landasan-landasan di atas hanya dapat dipenuhi, jika telah memenuhi syarat sebagai berikut.
1. Disiplin dan Pembiasaan sejak dini
Penanaman disiplin akan waktu, mengahargai waktu sejak kecil merupakan hal penting. Dengan demikian, ia akan terbiasa untuk mengatur hidupnya secara mandiri dan optimal untuk merencanakan berbagai macam aktivitas. Disiplin terkait dengan ibadah, tidur, makan, termasuk senda gurau. Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Berilah istirahat hati karena kalau dipaksakan akan membabi buta.”
2. Memiliki kecerdasan dan kejeniusan
Munculnya indikasi kecerdasan pada seseorang merupakan faktor penting untuk bisa mewujudkan hal di atas.
3. Memiliki kondisi fisik dan mental yang positif
Untuk melaksanakan manajemen waktu yang optimal, memang perlu ditunjang dengan adanya keinginan yang kuat, tindakan yang terus menerus, aktif, lapang dada, penuh optimisme, berpengetahuan luas, mampu memadukan berbagai pemikiran dan mampu mengendalikan emosi, seperti sedih, berduka dan susah, di samping memiliki budi pekerti dan akhhlak yang tinggi.
4. Memiliki ketrampilan
Pengetahuan yang luas, tanpa diiringi dengan ketrampilan hanya akan menjadi aksi yang tidak kongkret. Banyak orang yang pandai berbicara, tetapi hanya sedikit orang yang bisa bekerja dan menekuni bidang pekerjaannya.
Psted:By Dakwatuna Team